Saturday, June 18, 2011

Patok

Setelah sekian lama berlalu akhirnya saya mengunjungi Pekan Raya Jakarta lagi tahun ini. Saya pernah ke PRJ namun dulu, waktu SD. Hmm... ngomong-ngomong SD, saya nonton di tv. Yah bagi saya menonton tv itu menjadi kegiatan mahal sekarang. Bukan apa-apa, tapi di kosan saya di Jatinangor memang tidak ada tv nya. Jadi harap maklum kalau info yang saya dengar setengah-setengah. Membaca koran pun saya jarang, ya positifnya tanpa tv saya harus lebih rajin membaca. Oke, balik ke berita yang saya tonton. Tentang contekan dan nilai kejujuran di dunia pendidikan. Seorang anak SD mengadukan contekan masal malah dikucilkan dilingkungannya.

Ya ampun mbak... Anak SD itu pikirannya masih bening. Yang Ia pelajari disekolah adalah tidak boleh mencontek dan sekarang ketika berbicara soal pelajaran yang didapat di sekolahnya itu malah disalahkan. Itu dia! yang membuat kebingungan dikalangan pelajar muda itu. Antara yang benar dan salah tidak konsekuen. Ya memang kemudian saya belajar bahwa norma itu sifatnya tidak mutlak alias relatif, tapi kalau di suatu masyarakat sampai terjadi ketidakjelasan norma itu yang kacau. Berarti ada sesuatu yang yang tidak seimbang.

Saya jadi ingat waktu SD, ini gara-gara saya nonton ketika warga kampung si anak yang melaporkan contekan itu menyuruhnya pergi, saya jarang respek sama ibu-ibu yang suka kumpul-kumpul di SD saya. Apa ya, pengaruh... Kadang mereka terlalu mau tau urusan orang. Dan saya suka miris ngeliat ibu-ibu yang mangut-mangut ngedengerin ocehan si biangnya. Yaaa.... percaya aja bu... Kadang ada beberapa ibu-ibu yang saking penasarannya bertanya hal-hal yang saya pikir tidak relevan ditanyakan ke seorang anak SD. Dan saya selalu menjawab hal yang berlawanan dengan jawaban yang mereka harapkan. Kayaknya suka saya pengen teriakin, salah nanya ya bu!

Okey... sebenernya bukan itu yang saya pengen ceritain. Di prolog udah diceritain saya ke PRJ minggu lalu. PRJ itu berlokasi di Kemayoran. Tempat itu adalah lokasi yang asing untuk saya, meskipun hampir 19 tahun tinggal di Jakarta saya ini buta arah. Paling bisa ke Ancol atau Kota tapi menggunakan pertolongan Transjakarta. Ya itulah salah satu kegunaan Transjakarta, menolong orang yang linglung jalan seperti saya ini.

Pulang dari PRJ saya memutuskan naik taksi menuju rumah kakek saya di daerah Kalibata. Dan ternyata eh ternyata supir taksinya sama-sama linglung jalan. Saya makin tidak kenal jalannya. Lama... lama... Saya selalu perhatikan plang nama jalan, petunjuk arah dan hal-hal yang bisa menunjukan arah dan tempat agar saya tau kapan harus bertindak. Lama.. lama... masih saya biarkan. Tak lama sebuah plang membuat saya cukup lega. BLOK M. Waaah..... tempat itu. Tak lama mulai muncul nama-nama tempat yang membuat saya makin lega.

Jakarta ini luas bung... Kemana pun saya kembali dari bepergian di Jakarta ini kadang secara tidak sadar saya mematok tempat itu. BLOK M. Karena setelah sampai ditempat itu saya merasa lebih kenal jalan pulang. Ya! mau lewat Mayestik, bisa. Mau lewat, Pondok Indah, bisa. Mau lewat Blok A, bisa.

Dan kamu? adakah tempat yang seperti itu untuk dirimu? hohoho...

No comments:

Post a Comment