Sunday, December 20, 2009
Pembaca adalah Para Maniak
Ya. Memfilmkan sebuah novel sama saja membatasi imajinasi seorang pembaca terhadap novel itu sendiri. Karena ada batas-batas pada sebuah film untuk memvisualisasikan imaji para pembaca. Maka harus ada kejelian para penggarapnya untuk project ambisius ini. Merangkumnya dalam suatu kesatuan dan meramunya menyatu di alam imajiner pembaca. Jika project ini berhasil para pembaca akan merasa imajinasinya tumpah ruah di layar bioskop. Sensasinya pun akan berbeda antara pembaca dengan bukan pembaca. Mungkin reaksi bukan pembaca "waah, filmnya keren ya." atau, "two tumbs up deh buat nih film.". Tapi reaksi pembaca maniaknya, mungkin hanya diam tapi ada seribu kata atas luapan emosi yang tak bisa keluar. Dan di statusnya "Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu," atau "A Lone Ranger." Mereka akan kembali mendalami cerita itu dalam alam khayal mereka tapi dengan penggambaran yang lebih kongkrit.
Maka merekalah para maniak di dunia sastra.
Saturday, December 19, 2009
Sang Pemimpi
Musiknya. Khas Laskar Pelangi. Dengan gendang dan cengkok melayu dalam musiknya tidak dihilangkan dalam film ini. Mungkin ini sebagai tanda bahwa Sang Pemimpi adalah sekuel dari Laskar Pelangi meskipun dengan tokoh yang berbeda--maksudnya tokoh-tokoh pendampingnya.
Didalam film ini ada banyak kata-kata filososis yang diteriakan "para pelopor"--begitu kata pak Balia menyebut murid-muridnya. Memang dari empat bukunya bagiku Sang Pemimpi adalah inti cerita. Begitu banyak filosofi atau setidaknya kata-kata bermakna dalam di bukunya--coba baca bukunya, akan ada lebih banyak kata-kata bermakna.
"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu"
"Tanpa mimpi, orang-orang seperti kita akan mati "
"Aku belajar bahwa pria pendiam sesunguhnya memiliki kasih sayang yang jauh berlebih dibanding pria sok ngatur yang merepet saja mulutnya"
"Tuhan tahu tapi menunggu"
"Kau boleh marah padaku, kau boleh benci padaku, asal kau jangan acuhkan aku"
Yah, setidaknya inilah petikan-petikan kalimat yang aku ingat dalam buku Sang Pemimpi.
Sudahlah. Aku bingung mau ngomong apalagi. Karena aku terlalu simpati terhadap sosok ayahnya Ikal. Aku masih terbawa euforia mimpi simpai keramat yang bernama Arai itu. Tapi sungguh, Sang Pemimpi adalah cerita kehidupan. Sensasi film ini terasa di akhir cerita. Menurut aku loh. Soalnya aku sampai sesegukan di akhir film..
note: akhirnya Sang Pemimpi rated-nya REMAJA. Karena memang cocok nya ditonton umur-umur remaja yang pikirannya masih ngalor ngidul. Masih bingung sama dirinya sendiri. Yaa, bisalah Sang Pemimpi menjadi semacam rekomendasi untuk masa depan. Sekolah ke Paris? Boleh juga tuh...
Masa Muda Masa yang Berapi-api.... -Rhoma Irama-
Gendre: Drama Produksi: Miles Film & Mizan Productions Produser: Mira Lesmana Sutradara: Riri Riza Penulis Skenario: Salman Aristo, Mira Lesmana, Riri Riza Pemain: Lukman Sardi, Mathias Muchus, Nazril Irham, Landung Simatupang, Nugie, Rieke Diah Pitaloka, Jay Wijayanto, Yayu Unru, Vikri Septiawan, Rendy Ahmad, Azwir Fitrianto, Maudy Ayunda, Zulfany, Sandy Pranatha
Tuesday, December 15, 2009
Senin Pagi
Begitu ngilu
Untuk segala hal di Senin pagi itu
Yang begitu membuatku jatuh
Pecah semuanya
Terserak begitu saja
Aku tak lagi bisa membohongi diri lagi
Aku begitu panas di ruang yang dingin itu
Aku merasa kalah
Untuk segala halnya di Senin pagi itu
Hingga aku menjadi orang yang tidak peduli di pagi itu
Aku lepaskan semuanya
Lihatlah balon yang berwarna-warni itu
Biarkanlah mereka terbang menyambut angkasa
Lepaskanlah ikatannya dan biarkan bergelora
Bebaskan mereka sampai menghilang di pucuk-pucuk udara
***
Suatu tarikan nafas panjang mungkin bisa membakar sedikit api semangat
Dari suluh-suluh yang penuh harapan tentang esok hari
(Picture is limited edition art print from artist Robert David Bretz of a Little Girl, Her Balloon Heart and Her Puppy. Source web : www.tildaintheburbs.com)
Thursday, December 10, 2009
Aku dan Kasur Lipat
Kemaren pagi aku liat bus-nya anak-anak TK udah siap dari subuh. Sepertinya akan ada outing class bagi para anak TK tersebut. Beberapa ibu-ibu sudah bergerombol sambil membawa gembolan perbekalan untuk sang anak dan tentu saja dirinya. Entahlah, mungkin memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang lumrah di Indonesia, para ibu-ibu ikut menemani anak-anak mereka yang masih TK tersebut outing class. Pasti yang membaca tulisan ini merasa janggalkan? Lah memang sudah sepatutnya para ibu menemani anak mereka.
Mmm maaf ya (ala dennisyah, anak rohis di sekolah ku yang ingin jadi sunan kesepuluh, ZONK!), begini, bukan maksud ingin membandingkan. Tapi aku jadi inget (dan sedikit kangen) masa-masa ku waktu TK di Jepang dulu. Cuma setahun sih, dan waktu itu aku masih kecil banget (umur sekitar 4-5 tahunan). Dulu waktu aku TK di sana ada outing class juga. Rutin malah. Dan yang di sebut outing class, benar-benar dalam konotasi yang sesungguhnya (jadi denotasi gitu loh). Outing class, belajar diluar ruangan. Benar-benar diluar ruangan. Di taman, di kebun ubi, di gunung. Tak terbatas musim.
Kita mulai dari musim salju. Duingiiin buanget.. pada musim ini mamah memberiku pakaian extra yang berlapis agar anaknya yang punya genetika bengek alias asma ini tidak terlalu kedinginan. Lapis pertama daleman, lapis kedua kaos dan celana panjang (kadang pake sejenis kaos kaki tapi panjang kayak stoking), lapis ketiga sweater dan kaos kaki, lapis keempat jas salju yang hanya dipakai luar ruangan. Tambahannya sepatu boat, sarung tangan, syal, kadang topi yang menutupi telinga. Oke. Jangan harap setiap musim salju tidak ada aktifitas diluar ruangan. Kita anak-anak TK dengan cairan hidung yang bercucuran akibat udara dingin dilepas di suatu lapangan yang lumayan luas untuk ukuran anak-anak. Di lapangan itu seperti memang sudah di sediakan untuk musim dingin ini. Kalau suka nonton doraemon mudah-mudahan bisa mempermudah gambaran ini, di lapangan ini ada beberapa pipa-pipa (seperti gorong-gorong bekas) yang ditumpuk begitu saja. Nah jika salju turun pipa-pipa ini akan membentuk sebuah bukit kecil yang kemudian kita bisa berseluncur diatasnya. Semua anak harus ikut bermain. Semua anak harus berani mencoba berseluncur dari atas pipa itu dengan papan seluncur mini yang disediakan. Woow, asiknyo. Udara dingin seakan menampar muka dan gigi. Kadang saat-saat lelah aku suka mengambil segepok salju lalu aku makan. Segarnyoo. Tapi kalau ketahuan sensei, "dame nee.." sambil menyilangkan kedua tangannya.
Semi. Daun-daun sakura bermekaran. Kemudian beterbangan tertiup angin, menghujani orang-orang yang terlepas dari belenggu salju. Ini dia paling asoy. Musim semi musimnya jalan-jalan. Ke gunung, ke kebun, kemana-mana... Dan sumpah, kami sama sekali tidak ditemani orang tua saat berusaha mendaki bukit kecil itu. Anak-anak kecil yang hanya di temani para senseinya mendaki bukit itu. Bawa ransel sendiri, bekal sendiri, sampai tikar sendiri. Meskipun gempor juga jalan menanjak terus, tapi ada suatu semangat untuk tetap terus mendaki sampai ke puncaknya. Kalau kita sudah terduduk di aspal itu senseinya datang hampiri kita. Memberikan sebuah wejangan yang entahlah membuat kita bangkit lagi... Para sensei, gaya mereka seperti bukan seorang pengajar sekolah yang memakai pakaian formal lengkap (setidaknya informal) tapi seragam mereka hanya kaos dan celana training biasa plus sepatu kets, santai banget. Dan sama seperti kita mereka juga membawa ransel, bekal, dan tikar lipat. Sesampainya dipuncak bukit. Wiih, udara segar... kami mulai membuka perbekalan. Tikar lipat (di Jepang ada tikar lipat kecil khusus anak-anak, lucu deh) yang kami bawa segera terbentang. Kami pun menikmati semi dipuncak bukit ini.
Gugur. Musim ini angin berhembus agak kencang. Jadi anak-anak TK itu hanya diperbolehkan bermain disekitar taman saja. Musim gugur itu musim yang dramatis. Dikanan kiri semua berwarna jingga kemerahan. Orang-orang mulai mempersiapkan diri akan datangnya salju. Nah di Jepang, musim ini penuh dengan berbagai festival (sebenarnya di setiap musim pasti ada festival. Benar, sesibuk-sibuknya orang Jepang entah mengapa di negaranya sering sekali mengadakan festival yang sebenarnya menguras waktu juga. Dan festival tersebut tidak hanya untuk golongan atau kelompok tertentu saja tapi memang disuguhkan untuk seluruh warga Jepang, khususnya Urasa, kota kecil tempat aku tinggal waktu itu).
Summer. Woow, saatnya liburan...
Tapi bener loh kalau kata orang, orang Jepang itu pekerja keras. Aku yang pendatang disana mau tak mau harus mengikuti kebiasaan mereka. Seperti saat menggelar tikar (saat naik bukit) adalah hal yang agak sulit buat ku. Menata tikar sehingga enak untuk diduduki, membereskan bekal-bekal sendiri. Atau saat waktu mengganti sprei tiba (di Jepang anak-anak sekolah sampai sore, termasuk anak TK. Khusus anak TK ada waktu dimana mereka harus tidur siang, jadi anak-anak itu punya futong--kasur lipat--masing-masing yang disimpan di sekolah). Aku cuma dibekali mamah sprei baru yang wangi dari rumah--dormitory. Sisanya aku harus susah payah menyarungkan futong itu sendiri. Awalnya berantakan, sangat berantakan, kadang aku sampai mau nangis apalagi melihat teman-teman yang telah menyarungkan futong masing-masing dengan rapi dan lurus.
Yaah, cuma sekilas cerita gara-gara ngeliat ibu-ibu yang repot bawa perbekalan tadi pagi..
Friday, December 4, 2009
Desember Ini
Thursday, November 19, 2009
Tugas Bahasa Indonesia -- Berbalas Pantun
Wednesday, November 18, 2009
GIGI--Sang Pemimpi
Note Biar lebih jelas denger lagunya, lagu backsound di blog ini di matiin aja dulu. Turun terus ke paling bawah, trus stop aja okee...
Sekalian aja gw borong 'behind the scene' nya
Sumber: Youtube
Wednesday, November 11, 2009
untitled (2)
Beberapa orang keluar dari sekolah
Beberapa orang telah memilih karir
Beberapa orang ikut homeschooling
Beberapa orang menyiratkan tak melanjutkan sekolah setelah lulus
Beberapa orang pindah keluar negeri untuk waktu yang lama
Beberapa orang.....
Banyak yang harus diperjuangkan tahun ini.... Semoga semuanya barjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya
Tuesday, November 10, 2009
Terisolir
Sunday, November 1, 2009
untitled (1)
Mamah sebenernya udah teriak-teriak nyuruh tidur, tapi mau gimana lagi, pr masih numpuk.
Selesai ngerjain pr, yah gak selesai juga sih. Otak udah buntu, tinggal bagaimana besok nasib membawa si malas ini.
November ini adalah bulan sibuk untukku. Hampir tidak hari libur. Karena segala try out dan remeh temeh tips en trik ujian hampir semuanya menggunakan hari Sabtu dan Minggu. Kau tau perasaan anak sekolah ini? antara optimisme dan pesimis menjadi beda-beda tipis. Perasaan itu berputar seperti punya siklus. Kadang tiba-tiba aku merasa optimis bisa masuk UI tapi tiba-tiba apalagi setelah try out, ah, aku tak berani berharap sama sekali.
Lalu tiba-tiba aku merasa tak punya keberuntungan seperti temanku yang setiap menjawab selalu mendapat jawaban yang benar entah itu contekan dari kanan atau kirinya. Atau tiba-tiba aku merasa sangat ketinggalan ketika beberapa temanku sudah ikut try out berkali-kali atau sudah dapat nilai passing grade try out nya atau mereka mendapatkan info-info yang aku sama sekali tidak tahu. Aku juga sering tiba-tiba merasa tidak tahu apa-apa ketika teman-temanku membahas soal-soal try out dengan gamblang dan mudahnya.
Aku kadang merasa sudah tertinggal jauh dari mereka yang sepertinya sudah mengenal ujian dengan sangat baik. Sementara aku, mencoba realistis dengan menyerap segala ilmu, info, dan kawan-kawannya tanpa banyak komentar. Lah wong apa yang mau dikomentari...
Sampai tadi. Sambil leyeup-leyeup di kamar yang dingin. Masih didalam ke pesimisanku. Aku bergumam dalam hati, karena tiba-tiba saja batin ingin bergumam. 'ah, mengalir aja lah, jangan mendahului nasib.'
Mendahului nasib? yaaa... Aku kangen baca Sang Pemimpi. My inspiration novel.
Sang Pemimpi. Mozaik 12 Sungai Lenggang. Hal 153
Aku tersentak dan terpaku memandangi wajah ayahku sampai jauh, bentakan-bentakan Arai bedesingan dalam telingaku, membakar hatiku.
"Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati..."
Aku merasa beku, serasa disiram seember air es.
"mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi disini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!"
Friday, October 30, 2009
Pelajar dan Ibukota
Minggu ini. Ah, tapi tepatnya hari ini, mungkin siang tadi. Atau akhir-akhir ini. Aku stabilkan semua emosi yang menyambar-nyambar hati. Semua itu tak pelak hasil akumulasi capek sementara otak terus diperas untuk suatu ambisi, atau harapan.
Wednesday, October 28, 2009
English Homework -- Explanation Text
Friday, October 23, 2009
9
Kisahnya berjalan tragis, Saya hampir lupa bahwa film ini untuk semua umur. Entahlah bagi Saya agak mencekam untuk di kategorikan 'Semua Umur'--tapi itu menurut Saya loh.
Wednesday, September 16, 2009
Medley
Sumber Gambar: http://gadgetvenue.com/
Saturday, September 12, 2009
Keroncong
Friday, September 11, 2009
Aku dan aku
Saturday, August 22, 2009
Ketika Orang Sedang Marah
Kemaren gw emang lagi agak jengkel. Malem-malem tuh gw sholat maghrib dikamar sendiri, masih dengan perasaan jengkel. Selesai sholat kamudian gw berdoa seperti biasa tibatiba ada suara ketawa 'hihihihi'--entah palsu atau asli. Biasanya kalau takut gw langsung lipat-lipat mukena, sajadah, segala macem dan langsung keluar kamar. Justru karena keadaan gw yg lagi jengkel, lagi berdoa tenang-tenang sambil menghilangkan kejengkelan suara ketawa itu malah bikin gw makin jengkel menuju marah. "AAARRRHHHGGG!!! MACEM-MACEM AJA SIH!" gw geram banget. Gak lama kemudian pas gw siuman dari rasa marah suara ketawa itu emang udah berhenti tapi baru gw sadar tadi orang iseng apa bukan ya....
Lalu pernah suatu ketika. Gw lagi marah juga gara-gara buku gw ilang. Sebelnya tuh sampe bikin setiap omongan gw ketus banget. Nah, lagi sibuk nyari buku yang jadi sumber masalah itu ada bunyi 'glatak glutuk', gak tau tikus atau sesuatu yang lain. Saking keselnya gw teriak aja "BERISIK AMAT SIIIIIH!" suara itu diem sementara gw pasrah dengan buku yang ilang itu.
Merah Putih
Tuesday, August 4, 2009
Emosi dan Aku
Sunday, August 2, 2009
Up
Zaman terus berubah dan cita-cita tetap belum tercapai. Kemudian bersama seoang anak kecil, Russel (Jordan Nagai) yang memaksanya agar Mr Fredericksen mau dibantu olehnya dalam rangka untuk mendapatkan Lencana Membantu Orang Tua.
Friday, July 24, 2009
Komprominya Organ Tubuh
Wednesday, July 22, 2009
Ambigu (apa ya)
Monday, July 20, 2009
Harry Potter and The Half Blood Prince
Secara keseluruhan seperti biasa Harry (Daniel Radcliffe) dan kawan-kawan melewatkan di Hogwart lalu seperti cerita sebelumnya, yaa, dia kemudian mengungkap misteri Voldemort untuk dapat mengalahkannya.
Severus Snape tiba-tiba saja menjadi seperti orang plin-plan. Dia membunuh Albus Dumbledore (Sir Michael Gambon) tapi justru di situlah karakter Snape, dia bukanlah seorang pecundang. Dia melaksanakan sumpahnya untuk melindungi Draco yang tak bisa membunuh Dumbledore. Dan mungkin saja itu yang membuat Dumbledore begitu percaya dengannya. Ya, Rowling telah membuat karakter Draco dan Snape menjadi lebih manusiawi.
Monday, July 13, 2009
Kosong
Friday, July 10, 2009
Resensi: Garuda di Dada Ku
Saturday, July 4, 2009
Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009-JCC
Oke. Prolognya selesai.
Acara apa sih nih? Acara pameran produk industri kreatif yang memang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia. Acaranya berlokasi di Jakarta Convention Centre, Senayan. Berlangsung dari tanggal 25-28 Juni 2009.
Thursday, June 25, 2009
Asin
Sekarang malah bingung mau mulai dari mana. Tadi pagi gw bangun pagi banget. Bahasa gw lagi gak terlalu formal nih. Udah aja tuh. Celingukan bingung sendiri mau ngapain. Cuma ada dua temen gw yang senasib, dan dua orang yang belum bisa tidur sampai matahari muncul.
Lagu dari laptop teriak-teriak sendiri. Yang baru bangun masih ngelamun diantara alam bawah sadar, yang belum tidur juga ngelamun berusaha masuk ke alam bawah sadar. Udara cukup sejuk untuk ukuran daerah pantai. Asin terasa di kulit, rambut, dan gigi. Gw buka pintu yang menuju arah teras. Bebek-bebekkan mengapung-apung lembut sisa pasang laut tadi malam. Mungkin nanti ada anglingdarma keluar dari dalam air itu, hoho...
Ada ipod hijau dianggurin pemiliknya akhirnya gw pake. Dan gw merasa lagu yang gw dengar menyatu dengan kesepian pagi itu. Bekas-bekas lelah ada dimana-mana. Bergelimpangan dalam wujud orang-orang yang tertidur sekenanya. Terus gw berdoa semoga anak-anak kelas gw, yang bergelimpangan kayak korban tsunami itu, naik semua. [...................]