Thursday, November 19, 2009

Tugas Bahasa Indonesia -- Berbalas Pantun


Note: Sagitta dan Devi
Dirumput ada belalang
Seekor tikus datang menyapa
Sore hari telah menjelang
Hai Devi sedang apa?
Hari Minggu beli baju baru
Sambil bertemu orang yang suka menyangkal
Saya disini sedang menunggu
Tukang bakso yang sering mangkal
Ibu dan Ani saling menyangkal
Saling berebut kue kismis
Tukang bakso yang sering mangkal
Apakah itu si Pak Kumis?
Diatas pohon hinggap kera
Keranya lari mengejar Saya
Memanglah betul yang Kau kira
Si Kumis langganan Saya
Hujan datang restoran bubar
Yang masak sambil berjalan
Wahai kawan dengarlah kabar
Si Pak Kumis tidak jualan

Beli buah di Pasar Cikini
Gak ada ojek akhirnya jalan
sedih rasanya hati ini
Dari tadi belum makan
Lihatlah berarak-arak awan
berlarilah para orang kaya
Kasihan sekali nasibmu kawan
Mari makan di rumah Saya
Ada sepatu dimana-mana
Yan jelek gak tau punya siapa
Rezeki datang entah darimana
Terimakasih kawan atas tawarannya

Gara-gara pantunnya dibuat hanya dalam sepersekian menit langsung dapet nilai bagus waktu praktek nya. HOHOHO....
Inspirated by 'Pak Cipro matematika'

Wednesday, November 18, 2009

GIGI--Sang Pemimpi

Soundtrack film Sang Pemimpi udah rilis duluan nih. Tapi ini cuma sekedar buat share doang yaa..

Note Biar lebih jelas denger lagunya, lagu backsound di blog ini di matiin aja dulu. Turun terus ke paling bawah, trus stop aja okee...



Sekalian aja gw borong 'behind the scene' nya







Sumber: Youtube

Wednesday, November 11, 2009

untitled (2)

hooo... Keadaan mulai berubah. Ujung-ujung nasib mulai menampakan perannya.
Beberapa orang keluar dari sekolah
Beberapa orang telah memilih karir
Beberapa orang ikut homeschooling
Beberapa orang menyiratkan tak melanjutkan sekolah setelah lulus
Beberapa orang pindah keluar negeri untuk waktu yang lama
Beberapa orang.....

Banyak yang harus diperjuangkan tahun ini.... Semoga semuanya barjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya

Tuesday, November 10, 2009

Terisolir


Mendengar cerita atau berita tentang daerah-daerah terisolir di Indonesia pasti sangat bersahabat di telinga. Rata-rata orang berpikiran daerah terisolir itu adalah daerah terpencil yang sulit kendaraan dan berbagai fasilitas umum. Ya, sama. Saya pun berfikir dan mengira begitu sampai waktu itu saya ngobrol sama mamah.

Mamah kan sering keluar kota atau lebih tepatnya ke luar Pulau Jawa. Entah itu ke Pekan Baru, Balikpapan, Samarinda, sampai Bunaken, Kupang, Toraja, bahkan daerah perbatasan seperti Tarakan. Gara-gara itu pula saya menjadi tahu sedikit tentang kondisi di daera-daerah tersebut.

Lalu tiba-tiba saja ada sebuah pernyataan batin sederhana muncul begitu saja. Layaknya Ki Joko Bodo dapat wangsit. Ah, saya orang Jakarta, setidaknya lahir dan besar di Jakarta. Jakarta adalah ibukota negara. Berbagai fasilitas sangat lengkap disini. Teknologinya. Tapi saya belum pernah keluar area Pulau Jawa ini. Mungkin sekali sih pernah, tapi hanya sebatas Sumatera. Itupun duluuu dan terblok di suatu kota saja.

Kalimantan. Pasar terapungnya. Pernah dengar sih dan lihat di tivi.
Bunaken. Taman lautnya yang bening. Pernah liat sih di tivi.
Toraja. Adatnya yang unik dan mistis. Pernah denger sih dari mamah
Tarakan. Kota yang daya beli dan taraf hidupnya sangat baik di perbatasan dengan Malaysia. Pernah denger sih dari mamah.
Bangka Belitung. Pernah denger sih. Di novel.
Intinya saya merasa menjadi yang terisolir.

Sadar atau tidak kadang penduduk ibukota negara inilah yang terisolir dari negaranya sendiri. Seperti saya yang hampir tidak sadar bahwa Indonesia tidak hanya sebatas Parung, Ciputat, Lebak Bulus, Blok M, Sudirman, Bandung, Bali....
Jakarta sebagai mesin negara yang terus memutar roda-rodanya sering membuat tidak sadar para manusianya. Keterbatasan waktu, kepadatan jadwal, atau dunia kerja yang terus memaksa orang untuk tampil semaksimal mungkin.
Justru itulah yang membuat para penghuni Ibukota terisolir di dalam dunianya sendiri.

Sunday, November 1, 2009

untitled (1)

Sebenernya ini posting yang tidak terlalu penting buat dibaca. Karena memang cuma sekedar tuangan isi hati belaka.

Mamah sebenernya udah teriak-teriak nyuruh tidur, tapi mau gimana lagi, pr masih numpuk.

Selesai ngerjain pr, yah gak selesai juga sih. Otak udah buntu, tinggal bagaimana besok nasib membawa si malas ini.

November ini adalah bulan sibuk untukku. Hampir tidak hari libur. Karena segala try out dan remeh temeh tips en trik ujian hampir semuanya menggunakan hari Sabtu dan Minggu. Kau tau perasaan anak sekolah ini? antara optimisme dan pesimis menjadi beda-beda tipis. Perasaan itu berputar seperti punya siklus. Kadang tiba-tiba aku merasa optimis bisa masuk UI tapi tiba-tiba apalagi setelah try out, ah, aku tak berani berharap sama sekali.

Lalu tiba-tiba aku merasa tak punya keberuntungan seperti temanku yang setiap menjawab selalu mendapat jawaban yang benar entah itu contekan dari kanan atau kirinya. Atau tiba-tiba aku merasa sangat ketinggalan ketika beberapa temanku sudah ikut try out berkali-kali atau sudah dapat nilai passing grade try out nya atau mereka mendapatkan info-info yang aku sama sekali tidak tahu. Aku juga sering tiba-tiba merasa tidak tahu apa-apa ketika teman-temanku membahas soal-soal try out dengan gamblang dan mudahnya.

Aku kadang merasa sudah tertinggal jauh dari mereka yang sepertinya sudah mengenal ujian dengan sangat baik. Sementara aku, mencoba realistis dengan menyerap segala ilmu, info, dan kawan-kawannya tanpa banyak komentar. Lah wong apa yang mau dikomentari...

Sampai tadi. Sambil leyeup-leyeup di kamar yang dingin. Masih didalam ke pesimisanku. Aku bergumam dalam hati, karena tiba-tiba saja batin ingin bergumam. 'ah, mengalir aja lah, jangan mendahului nasib.'

Mendahului nasib? yaaa... Aku kangen baca Sang Pemimpi. My inspiration novel.

Sang Pemimpi. Mozaik 12 Sungai Lenggang. Hal 153
Aku tersentak dan terpaku memandangi wajah ayahku sampai jauh, bentakan-bentakan Arai bedesingan dalam telingaku, membakar hatiku.

"Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati..."

Aku merasa beku, serasa disiram seember air es.

"mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi disini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!!"