Saturday, August 22, 2009

Ketika Orang Sedang Marah

Hari ini mau ngeborong cerita nih. Bener ya orang kalau marah suka lupa, khilaf, danm sebagainya.

Kemaren gw emang lagi agak jengkel. Malem-malem tuh gw sholat maghrib dikamar sendiri, masih dengan perasaan jengkel. Selesai sholat kamudian gw berdoa seperti biasa tibatiba ada suara ketawa 'hihihihi'--entah palsu atau asli. Biasanya kalau takut gw langsung lipat-lipat mukena, sajadah, segala macem dan langsung keluar kamar. Justru karena keadaan gw yg lagi jengkel, lagi berdoa tenang-tenang sambil menghilangkan kejengkelan suara ketawa itu malah bikin gw makin jengkel menuju marah. "AAARRRHHHGGG!!! MACEM-MACEM AJA SIH!" gw geram banget. Gak lama kemudian pas gw siuman dari rasa marah suara ketawa itu emang udah berhenti tapi baru gw sadar tadi orang iseng apa bukan ya....

Lalu pernah suatu ketika. Gw lagi marah juga gara-gara buku gw ilang. Sebelnya tuh sampe bikin setiap omongan gw ketus banget. Nah, lagi sibuk nyari buku yang jadi sumber masalah itu ada bunyi 'glatak glutuk', gak tau tikus atau sesuatu yang lain. Saking keselnya gw teriak aja "BERISIK AMAT SIIIIIH!" suara itu diem sementara gw pasrah dengan buku yang ilang itu.

Merah Putih

Sebenarnya acara nonton menonton ini agak dadakan. Pertama karena awalnya pengen nonton Merantau tapi kehabisan tiket, kedua karena daripada luntang-lantung gak jelas nungguin mamah pulang dari Jogja, akhirnya Saya dan adik memutuskan nonton film Merah Putih ini.

Merah Putih film garapan Yadi Sugandi dan dibantu awak dari ranah Holywood untuk berbagai spesial efek, bisa dibilang sebagai penggebrak film-film kolosal di Indonesia pada abad milenium ini. Penayangannya yang pas hari kemerdekaan pun cukup membuat antusiasme para penonton film melirik apalagi semangat nasionalisme masih menggebu-gebu di hari Dirgahayu kemerdekaan.

Dikisahkan sekelompok pemuda dari berbagai daerah, suku, agama, berkumpul di suatu kamp pejuang yang akan dibentuk sebagai pertahanan dari serangan kumpeni-kumpeni Belanda pada agresi militer setelah kemerdekaan (sekitar 1947).

Yang menjadi daya tarik, tentu saja selain spesial efek yang memasang nama-nama Holywood tadi, tapi juga pengembangan karakter tokoh yang padat sehingga apik untuk di tonton. Seperti dikisahkan Amir (Lukman Sardi) seorang mantan guru yang kemudian memutuskan menjadi angkatan perang RI, dinobatkan sebagai letnan dua, mempunyai tipe pemimpin yang sangat berotak.
Ada juga Thomas (Donny Alamsyah), pemuda Manado ini sangat keras, mungkin kalau dalam komik One Piece dia disebut divisi tempur pasukan yang kadang hanya mengandalkan emosi. Lalu Marius (Darius Sinathrya), seorang pribumi campuran yang agak sengak (memang dalam kasta nya pribumi campuran lebih tinggi daripada pribumi asli apalagi campurannya dari pihak Belanda) dan cenderung penakut justru menonjolkan kemampuannya yang lebih maju dibidang teknis--analisa strategi, pengobatan, dsb-- diakhir cerita.
Dan yang terakhir--tokoh yang paling menarik buat Saya--Dayan (T Rifnu Wikana), Pemuda Hindu asal Bali ini mempunyai karakter yang cukup unik. Jarang bicara dan bagi Saya sebagai penetralisir karakter teman-temannya yang menggebu-gebu.

Thomas: lalu sekarang kita kemana letnan?
Amir: Aku tidak tahu.
Marius: Lalu bagaimana sekarang? apa yang harus kita lalukan Letnan?
Amir: Aku bilang tidak tahu! Jangan tanya Aku!
Dayan: Maaf mungkin bukan kapasitas Saya. Tapi yang Saya tahu pemimpin boleh berkata apa saja pada pasukannya kecuali tidak tahu.
Amir: Kalau begitu Kau saja yang jadi memimpin.
Dayan: hmm... Kalau Saya yang jadi pemimpin lalu siapa yang akan memberi nasehat pada Saya.

Yaa. kadang tokoh Dayan ini bisa lebih bijak dari pemimpinnya. Memang orang-orang seperti ini selalu ada di samping tokoh utama atau tokoh pemimpin. Seperti dalam kisah Sherlock Holmes yang selalu didampingi Watson atau Kapten Jack Sparrow dan Joshamee Gibbs.

Penceritaanya naik terus sampai klimaks. Plot dramanya di sisipkan diantara berbagai adegan perang jadi film tidak monoton di satu titik. Lumayan menggebrak pasar film yang sepi kisah drama kolosal di Indonesia.

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 64 dan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa!


Film Genre: Drama-Colosal
Production: Pt Media Desa Indonesia, Margate House
Producer: Hashim Djojohadikusumo, Rob Allyn, Jeremy Stewart
Director: Yadi Sugandi
Scriptwriter: Conor Allyn, Rob Allyn
Cast: Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, T Rifnu Wikana, Zumi Zola, Rahayu Saraswati, Astri Nurdin

Tuesday, August 4, 2009

Emosi dan Aku

Kangen baca buku. Dalam kesempitan waktu yang ada cuma segelintir emosi yang terus di akumulasi. Dan keadaan justru memaksa untuk menahan semua emosi yang ada. Seperti robot yang menjalani roda waktu tanpa perasaan. Karena itu. Karena aku seorang manusia yang harus punya emosi. Menunggu samapi akhir minggu datang. Kemudian aku akan sangat senang sekali. Karena dapat berubah kembali menjadi manusia.


Sunday, August 2, 2009

Up

Memang imajinasi manusia itu tidak terbatas. Seperti yang ada dalam film Up. Seorang kakek, Mr Fredericksen (Edward Asner), adalah seseorang yang mempunyai jiwa petualang yang sangat tinggi. Dulu ketia Ia masih kecil, Mr Fredericksen sangat kagum pada seorang petualang yang berjanji pada penduduk Amerika Ia akan membawa monster Air Terjun Surga di Amerika Selatan, Charles Muntz. Bersama temannya, Ellie, Mr Fredericksen bercita-cita akan membuat rumah di samping air terjun itu. Hingga mereka dewasa dan akhirnya menikah cita-cita itu masih belum tercapai. Sampai akhirnya Ellie meninggalkan Mr Fredericksen untuk selamanya.

Zaman terus berubah dan cita-cita tetap belum tercapai. Kemudian bersama seoang anak kecil, Russel (Jordan Nagai) yang memaksanya agar Mr Fredericksen mau dibantu olehnya dalam rangka untuk mendapatkan Lencana Membantu Orang Tua.

Film ini bercerita tentang semangat dan harapan. Karena kedua hal itu dapat tumbuh tidak terbatas. Sampai orang lansia seperti kakek Fredericksen saja masih punya semangat untuk mewujudkan harapannya itu, tentu saja karena istrinya.

Jujur saja, beberapa kali saya tidak bisa menahan nangis menonton kesetiaan Mr Fredericksen pada istrinya. Juga semangatnya untuk memindahkan rumahnya ke sebelah Air Terjun Surga.

Ya. Karena harapan tak mengenal umur, dari Russel sampai Mr Fredericksen. Dan semangat tak akan meninggalkan orang-orang yang masih punya harapan itu. Hingga membentuk suatu optimisme yang membangkitkan kehidupan.



Film Genre: Animation-Fantasy
Production: Pixar Animation, Walt Disney Pictures
Produser: Jonas Rivera
Director: Pete Docter
Scriptwriter: Bob Peterson, Pete Docter
Cast: Edward Asner, Christopher Plummer, Jordan Nagai, Bob Peterson, Delroy Lindo