Photo by George Becker: https://www.pexels.com/photo/close-up-of-blue-candle-against-black-background-333513/ |
Aku cat gelap kuku-ku
Kupotong ujung-ujung rambutku
Kupakai baju-baju yang tak mungkin
Atau setidaknya tidak berani kupakai saat muda dulu
Dalam ruang-ruang gelap dunia maya
Aku menyelinap masuk
Bertemu dengan mereka-mereka yang juga tersamar
Kami saling waspada, tapi juga saling melempar umpan
Mencoba riak sambil berharap tak tenggelam
Ruang gelap dunia maya mempunyai gelompangnya sendiri
Setiap gelombang memanggil siapa saja yang sesuai
Entah mengisi kekosongan, mencari harapan, bahkan mengisi kantong-kantong uang
Ruang gelap ini memiliki pusaran
Ku bilang tadi, kami saling waspada
Pusaran bisa merenggut siapa saja yang lengah dan hanyut terlalu pada gelombang
Kita saling menatap dalam layar
Tidak harus mata dengan mata
Sambil terus menggumamkan niat dalam hati; "suatu saat ini harus berhenti"
Tapi gelombang tahu betul caranya menyelinap dalam kosong
Memberikan sinar dan wangi dalam putus asa
Memberi kedipan pada kantong-kantong lusuh yang perlu diisi
Dalam ruang gelap yang riuh ini, aku kadang mengobservasi
Siapa saja yang bertandang?
Sedang apa mereka?
Seringkali aku mengernyitkan dahi
Atau kapan waktu, penuh kekagetan
Jangan lagi dihitung tiap-tiap pikiran yang membuatku tak habis pikir
Ruang gelap yang pengap
Apak dan lembab
Yang setiap sapa hampir tak ada bedanya untukku
Ruang gelap dunia maya, membekukan perasaan
Menyarukan intuisi, disaat yang sama tak ada habisnya curiga
Sampai tiba saatnya kau merasa hatimu beku, tak bergeming, keruh
Persepsimu menjadi sama
Apatis, pragmatis
Jakarta, 25 November 2022