Tuesday, January 3, 2012

(Review) My Neighbour TOTORO

Liburan panjang ini, seperti biasa saya gak ada kerjaan. Entah masih belum berani cari kerja juga kali ya, hahaha... yasudah... Di lemari kamar saya yang sudah mulai jarang di tempati ini--iyalah, kan saya kuliah di Bandung, sedangkan rumah di Jakarta--saya menemukan DVD kartun Jepang. Judulnya Totoro. Ini tontonan saya waktu masih kecil.

Kisahnya tentang sebuah keluarga yang pindah rumah. Satsuki dan Mei ada kakak beradik yang pindah kerumah itu. Ceritanya pun mengalir ringan. Sebagai rumah yang sudah lama tidak di tempati, rumah baru Satsuki dan Mei memiliki misteri tersendiri. Disana dihuni oleh makhluk yang disebut "makuro kurosuke", seperti debu berwarna hitam yang tinggal di rumah-rumah kosong. Namun, suatu kepercayaan bahwa makhluk itu akan pergi dengan sendiri jika rumah tersebut berpenghuni.

Kemudian kakak-beradik itu bertemu, hmm.. apa ya.. bisa dibilang semacam hantu yang mendiami pohon besar di sebelah rumah baru mereka, namanya Totoro. Setiap malam ia meniup seruling dipuncak pohon bersama kedua kawan kecilnya.

Di Jepang, kisah hantu semacam ini bertebaran dimana-mana. Dari yang sangat menyeramkan sampai yang riang seperti yang diceritakan di film Totoro ini. Ada beberapa hal yang bisa diambil dalam film ini. Unik sekali ketika saat Totoro memberikan hadiah kepada Satsuki dan Mei sebagai tanda terimakasihnya telah di pinjami payung oleh Satsuki. Ia memberikan kedua bocah manis itu biji-biji pohon.

"Ayo kita membuat hutan disini, Mei." itulah salah satu dialog yang diucapkan Satsuki. Saya kemudian berpikir, yang diberikan Totoro bukanlah emas, perhiasan, atau benda-benda mewah lainnya--seperti cerita Indonesia pada umumnya--melainkan hanya biji-biji pohon untuk ditanami. Satsuki sendiri tidak berharap pohon itu tumbuh dan menghasilkan yang aneh-aneh (pohon yang menembus langit atau pohon yang menghasilkan daun emas). Ia hanya ingin membuat hutan di dekat rumahnya. Sederhana sekali. Tapi entah mengapa kalimat sederahana tersebut mempunyai makna yang dalam.


Ya, itu salah satu plot yang mengesankan. Dan seperti tipikal film-film Jepang penuh semangat diantara realitas kehidupan. Tidak berakhir menye-menye meskipun kadang mengharu-biru. Itu juga yang sering saya pikirkan, jangan-jangan film itu mencerminkan masyarakatnya ya. Hmm...

Film ini cukup bergema pada masanya. Rilis pada tahun 1999 oleh sutradara Hayao Miyazaki di studionya, Ghibli Studio. Menghasilkan beberapa film animasi berkualitas diantaranya Totoro dan Grave of Fireflies (Hotaru no Haka) yang mendapat sambutan hangat para kriktikus film.

No comments:

Post a Comment