|
grahamstuartbroughton.741.com |
Norah berjalan menyusuri hutan yang lebat. Sendirian. Ditemani cahaya bulan Ia mencari jalan. Bukan. Bukan jalan keluar. Ia mencari sesuatu. Untuk Ia bawa pulang ke rumah. Ibu telah menunggunya. Cukup lama. Ia harus membawa madu itu. Sampailah Ia pada pohon oak yang besar. Bau madu melambai-lambai di penciumannya. Dicarinya sarang lebah. Oh, tak ada. Batang pohon oak itu besar. Dipanjatnya perlahan. Ranting-rantingnya kokoh menahan pijakan Norah. Sampai satu pijakan, Norah menemukan lubang yang tidak terlalu besar paa batang oak. Ia pikir itu sarang tupai. Ketika Ia melongok ke dalam, bukan tupai yang Ia temui. Melainkan sesosok makhluk kecil berwarna biru langit yang memancarkan percik-percik sinar keperakan dari tubuhnya. Makhluk itu memakai pakaian yang terbuat dari anyaman ilalang. Dililitka pada tubuhnya yang mungil itu. Rambut peraknya terikat satu dan berantakan. Sepertinya Ia lelah sekali, pikir Norah.
"Halo" ujar Norah. Si mungil itu menggeliat. Mengkerdip-kerdipkan matanya mencari sumber suara. Betapa kagetnya dia ternyata sumber suara itu begitu besar. Si mungil terpojok ke sudut si dalam lubang oak. Norah pun sama kagetnya.
"kamu ini apa?" tanya Norah
"Kamu manusia? buat apa kamu tau aku?" Mungil balik bertanya
"Aku hanya ingin tau. Itu saja" jawab Norah
"Aku... peri pembawa berita kemarau" ujar mungil agak ragu, dan kemudian menyesal mengatakan itu.
"sudahkan... Pergilah!" gertak mungil
"Ah, ya.." jawab Norah dengan sengiran. Norah pun turun dari pohon oak besar itu.
Madu? Sudahlah. Sudah malam.
No comments:
Post a Comment