Sunday, February 6, 2011

Gontai


Sumber Gambar: mricons.com
Gadis itu melangkah gontai. Terlalu banyak rasa yang dipendamnya. Kekesalannya memuncak di hari Jumat ini. Manipulasi batin yang berlebihan membuatnya sering ingin menangis. Ingin marah. Ingin menampar teman-temannya. Ia merasa kadang harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang bisa menampar hati teman-temannya. Tapi tak pernah ada kesanggupan. Mungkin Ia menjadi gadis yang naïf. Yang selalu mamandang kesalahan dari sisinya. Tapi justru itu yang selalu membuatnya lelah.

Gadis itu bejalan dengan bibir terkatup. Rekat. Kencang. Ia melancarkan umpatan-umpatan pada teman-teman yang memanggilnya. Ia sudah tidak peduli. Matanya terfokus kedepan meskipun entahlah apa yang ia lihat. Dingin. Tak ada mata yang menyipit karena tarikan pipi yang tersenyum.

“aduuh bete banget gw. Dasar guru sialan,” umpat teman si Gadis
Gadis diam.
“Lu langsung pulang?!” Tanya temannya.
Gadis diam.
“woi! Jalannya lewat sini,” teriak temannya.
“BODO!” balas si Gadis.

        Kemudian Ia mempercepat langkahnya. Matanya semakin dingin bahkan mungkin lebih menjurus pada kejam. Bibirnya terkatup lebih rekat dan kuat. Ia lelah dengan semua tingkah teman-temannya yang selalu membuatnya kesal. Kadang Ia merasa babu dari teman-temannya. Kadang Ia merasa bertanggungjawab atas kelakuan temannya. Kadang Ia merasa ingin menampar bualan temannya yang ia tahu semuanya hanya omong kosong. Kadang Ia ingin berkata, “tetep aja pengangguran!” pada sesuatu hal yang tak bisa Aku tuliskan disini.

        Gadis itu memang bukan orang yang senang berkisah seperti halnya temannya itu. Ia terlalu memandang miris pada bualan orang. Karenanya nasib membawanya pada teman-teman yang rata-rata ahli bercerita itu.

        Angin mengibaskan rok penjang abu-abunya. Matanya masih dingin. Bibirnya masih terkatup kencang. Sambil menunggu bis Ia mulai memotivasi diri sendiri seperti yang biasa Ia lakukan. Ia selalu senang mengamati alam. Dirasakannya angin yang mengibas roknya bagai malaikat meniupkan sejuk di hatinya. Langit sehabis hujan merona. Menyadarkan bahwa Ia hidup di sebuah planet bagian dari galaksi bimasakti. Bahwa planet ini besar, penuh sejarah, bulir kisah, dan tua.

        Dilambaikan tangannya pada bis yang meraung penuh karat lalu naik…


Sawangan, 14 Maret 2009
6:05:02 PM

No comments:

Post a Comment