Kemarin ada pembagian raport di sekolah. Sekolah jadi ramai seketika dari jam 13.00 ke atas.
Aku dan teman-teman memutuskan untuk menghindar dari kehiruk pikukan di dalam sekolah ke kantin. Jujur saja aku jarang berlama-lama ditempat itu. Sumpek, padat, kotor, setidaknya begitu yang aku lihat pada hari-hari biasa.
"aduh, pingin cepet-cepet beli kalender deh," kata Abiella.
"emang kenapa?" tanya ku
"pingin ngeliat bu XXX, hahahaha..." jawab Abi yang tertawa lantang sekali. Entahlah dia sadar atau tidak ada anak kelas 3 di pojok sana. Lalu dia memperagakan ibu XXX yang ada di kalender itu. Dengan mata merem (kayak orang kesilauan) dan mulut agak dimanyunkan sedikit.
"parah banget lo Bi," kata Anti yang masih terisak tawa.
Tidak berapa lama segerombolan anak-anak dengan gaya harajuku terselubung dengan seragam SMA datang dan duduk tepat di meja belakang ku.
"Ayabi, Naya mana!" tanya Depi.
"lagi ngurusin pameran," jawabnya. Ayabi itu bukan nama sebenarnya. Nama aslinya adalah Laras. Namun tidak dia saja yang mengubah namanya itu. Hampir satu gerombolan tersebut mempunyai nama Jepang sendiri-sendiri. Mereka itu sering dipandang aneh oleh siswa-siswa lain. Memang sih secara fisik mereka sangat berbeda. Dengan gaya rambut di ikat acak-acakan, sepatu converse dengan atas tinggi, tas kotak ala nobita, poni yang hampir menyerupai segitiga, atau gelang-gelang dan cincin yang semarak dipergelangan tangannya. Tapi satu hal, semuanya jago menggambar manga.
Tak jauh dari tempat para harajukuers itu sedang cekakak-cekikik anak-anak exis. Mereka sangat ramai. Mengalahkan suara Abiella yang bisa dibilang lantang. Kalau melihat mereka kita seakan sedang nonton sinetron. Bagaimana tidak, setelan mereka hampir seragam dengan rambut yang tergerai panjang (malah kadang-kadang kerena kurang panjang mereka memakai rambut extension), rok abu-abu yang diatas lutut, kaos kaki panjang, dan tas pundak ala ibu-ibu. Dan isi tasnya, woow, bedak, kaca, sisir, parfum,dsb lah. Hampir semunya anak IPS (malah mungkin semuanya).
Berbeda dengan cewek-cewek sinetron tadi yang hampir semua anak IPS, gerombolan yang satu ini berisikan para cowok-cowok yang hampir semuanya anak IPA. Mereka yang baru datang itu adalah anak-anak Rohis--Kerohanian Islam--yang kalau bicara seperti memakai bahasa telepati. Tiba-tiba tertawa, tiba-tiba serius, tiba-tiba seru sendiri. Tapi aku akui mereka sebenarnya asyik untuk diajak ngobrol.
"cie depi!! ada Delpino tuh!!" teriak Abiella tiba-tiba ketika kita sedang asik makan. Delpino adalah salah satu anak Rohis tadi.
"yaelah, stres lu Bi," jawab Depi.
Tak berapa lama sosok kecil mungil tapi dewasa menghampiri kami.
"dep, dipanggil pak Tabur," kata Uthe.
"pak Tabur?" tanyaku.
"Pak Sabur maksud lo?" tanya Anti lebih lanjut.
"haha, iyah, dia sendiri yang bilang pak Tabur," jawab Uthe sambil mengikik.
"kenapa Si James Bond?" tanya Depi sambil menyeruput mi terakhir di mangkoknya.
"dia minta tolong tuh soal pembagian raport. yaudah gue mau ke Blok M Plaza dulu."Uthe mengakhiri.
"Yaelah si James Bond iseng banget dah," kata Depi lalu bergegas pergi menuju ruang guru.
"deeep, gue ikut!!" kataku sambil mengejarnya
"gue ikut juga dooong!!" kata Abi menyambung kata-kataku lalu dibelakangnya diikuti Anti.
Dan tersisa anak-anak yang tadi aku ceritakan di kantin itu. Anak-anak yang membuat sekolah lebih berwarna.
No comments:
Post a Comment