Saturday, January 14, 2012

Dong Yi, Jewel in The Crown: Kehidupan Kerajaan dalam Serial TV

Hello guys.. Liburan panjang seperti ini benar-benar membuat saya kehabisan akal buat beraktifitas. Ibaratnya saya ini sedang masa penggemukan ternak, hahaha... Ya ya.. Tapi bukan berarti saya menjadi bosan dan berakhir guling-guling di kasur kamar. Apalagi cuaca kian mendukung aktifitas seperti itu. Cuaca di sekitar Jakarta terus berhujan minggu-minggu ini. Kalo yang saya baca di koran, Pasifik (atau Hindia gitu?) sedang ada badai tropis sehingga anginnya menyiprat Indonesia, membawa segerombolan awan berkadar air tinggi ke wilayah Indonesia.

Oke. Setiap liburan pasti membentuk sebuah kebiasaan baru untuk saya. Ya, saya punya rutinitas baru sekarang hahaha... Rutinitas yang cukup menyenangkan saya pikir. Bagun tidur diantara pukul 9-10 pagi kemudian sarapan. Lalu menunggu jam 12 siang. Nah, ada apakah di jam 12 siang ini? Hahaha... hellooo para penggemar drama Korea, kalian pasti mengerti. Pada jam ini saya pasti langsung memindahkan chanel ke Indosiar dan... Jeng jeng! Dong Yi pun mulai. Loh loh.. acara apa sih ini? Yang jelas ini drama Korea. Tapi ceritanya cerdas.

Serial Korea yang berjudul lengkap Jewel in The Crown ini bercerita tetang seorang gadis bernama Cheon Dong Yi (Han Hyo Joo), anak dari Ketua Masyarakat Pendekar Pedang. Ia terdampar di istana kerajaan setelah ayahnya menjadi korban pembunuhan. Kemudian, awalnya dia menjadi dayang di biro musik, namun karena kecerdasannya Ia pun dipindahkan ke bagian Biro Pengawas.

Ternyata di dalam istana banyak skandal politik yang terjadi. Hal ini membuatnya terlibat kedalam skenario-skenario politik itu. Apalagi saat itu, Dong Yi menjadi bagian di Biro Pengawas menjadi salah satu hambatan untuk para pelaku skandal itu untuk bergerak. Salah satu kisahnya, ketika itu Dong Yi baru saja dipindahkan ke Biro Pengawas. Terjadilah usaha penurunan tahta Ratu Inhyeon (Park Ha Sun). Saat itu Raja Sukjong ( Ji Jin Hee) baru saja mengangkat Dayang Jang Hui-bin ( Lee So Yeon) menjadi selirnya. Namun bukan itu yang diinginkan dayang Jang, Ia menginginkan lebih dari sekedar selir, Ia ingin menjadi ratu kerajaan. Dengan backingan dari orang-orang Fraksi Selatan—semacam fraksi oposisi kerajaan—maka dimulailah usaha penurunan tahta Ratu Inhyeon. Karena dengan diangkatnya dayang Jang menjadi ratu kerajaan maka peluang untuk Fraksi Selatan memasuki pemerintahan pun semakin besar.

Belum lagi kecemburuan dayang Jang kepada Dong Yi yang begitu dicintai oleh Raja Sukjong makin memanasi situasi, bahwa ternyata kondisi kerajaan tidak hanya seputar perebutan takhta dan pemerintahan tapi juga tentang bagaimana Raja mengurusi para “ratunya” itu.

Cerita dalam serial ini begitu kompleks. Mungkin awalnya kau akan kebingungan ketika mengikuti serial ini dari tengah cerita. Tapi kemudian ceritanya seakan mengikat para penontonnya. Kisahnya berjalan dinamis, berkembang sejalan dengan perjalanan Dong Yi. Banyak kejutan diujung cerita atau skandal yang penuh misteri. Ceritanya pun tidak dibuat klise. Apresiasi untuk penulis skenarionya, luar biasa! Dalam satu masalah skandal banyak motif yang melatarbelakangi hal tersebut. Entah tentang perebutan tahta namun juga didasari kecemburuan atau tentang kesepakatan gelap yang dilakukan demi putra mahkota, sehingga banyak memunculkan banyak dilema yang memusingkan Raja.

Soal peran, nah, jujur saja saya tipikal yang “applouse” pada pemberian karakter yang manusiawi. Seperti dayang Jang, ia adalah salah satu tokoh antagonis di serial ini bukan berarti Ia tak pernah menangis, justru Ia adalah tokoh pertama yang paling sering mengeluarkan airmata ketimbang pemeran utamanya, Dong Yi. Pada karakter dayang Jang yang penuh ambisi dan taktik ini, Ia cenderung banyak mengungkapkan kemarahan dan kekecewaannya lewat tangisan, hal ini menggambarkan sebenarnya pribadi seorang dayang Jang yang ternyata rapuh. Unik bukan.

Dong Yi sendiri digambarkan sebagai gadis yang cerdas. Ia cerdik dan taktis dalam kasus-kasus yang ditanganinya. Ia juga digambarkan sebagai orang yang bersahaja dilingkungan kerajaan. Maka dari itu pada ceritanya digambarkan bahwa Dong Yi tidak hanya memiliki relasi dengan para pejabat istana namun juga dengan orang-orang jelata, seperti orang-orang di Biro Musik, tempat kerjanya dulu, bahkan sampai pemilik rumah hiburan. Meskipun seringkali kondisi tubuhnya tidak sekuat optimismenya dalam menangani suatu kasus.

Raja Sukjong digambarkan sebagai Raja yang agak flamboyan. Ia menikahi dayang Jang dan mengangkatnya menjadi selir tanpa pikir panjang. Sepertinya mudah sekali Raja menjadikan seseorang selir ketika Ia suka padanya. Namun kemudian kisah ini menceritakan bagaimana seorang Raja yang kesulitan ketika harus bersikap pada “istri-istrinya”.

Daaaan.... yang paling saya suka perhatikan dari serial ini adalah detil settingnya. Wardrobe dan kostum sangat mendukung di serial ini. Para karakter itu diperkuat dengan kostumnya. Dong Yi yang cerdas, bersemangat, dan lembut lebih sering memakai baju dengan warna-warna muda yang lembut—pink soft atau biru langit. Dengan makeup yang tidak tebal maka jadilah seorang Dong Yi yang bersahaja. Untuk dayang Jang Hui-bin yang penuh ambisi namun berhati rapuh ini cenderung memakai baju-baju berwarna merah marun yang dipadankan dengan rok berwarna gelap. Menebar hawa panas dan penuh misteri disekelilingnya. Begitupun tokoh-tokoh pendukung lainnya.

Lalu salah satu yang cukup menarik menjadi perhatian bagi perempuan seperti saya ini, pada serial ini hiasan rambut yang digunakan para tokohnya. Huuuw... keren sekali. Benar-benar detil sekali art directornya. Manik-manik yang teruntai di topi-topi pejabat istana juga Raja menggambarkan kemewahan kerajaan pada saat itu.

Shoot-shoot yang establish juga sering digunakan pada serial ini untuk menggambarkan suasana kerajaan pada dinasti itu. Unik juga, karena untuk mengambil gambar secara establish berarti keseluruhan daerah harus terekam. Berarti kuil-kuil tua, rumah-rumah penduduk, pasar, juga harus dibuat settingnya.

Meski begitu beberapa hal agak bikin ekspektasi saya sedikit turun. Kisah cinta antara dayang cantik Dong Yi dan Raja Sukjong agak terlalu sempurna nampaknya. Dan seperti fairy tale pada umumnya, happily ever after. Tapi gak masalah, karena kisah fairy tale-nya tertutup berlembar-lembar cerita menarik kehidupan kerjaan.

Huaaah.... lalu kapan ya saya bisa bikin review tentang film atau serial semacam ini buatan sineas Indonesia. Hmm... Indonesia itu punya banyak cerita semacam ini. Yang penting serius dan total dalam pembuatannya, yah, saya tunggu lah...



 
Dong Yi, Jewel in The Crown

Gendre: Drama
Production: MBC
Director: Lee Byung Hoon, Kim Sang Hyub
Script Writter: Kim Yi Young
Cast: Han Hyo Joo, Ji Jin Hee, Bae Soo Bin, Lee So Yeon
Episodes: 60
Year: 2010

Tuesday, January 3, 2012

(Review) My Neighbour TOTORO

Liburan panjang ini, seperti biasa saya gak ada kerjaan. Entah masih belum berani cari kerja juga kali ya, hahaha... yasudah... Di lemari kamar saya yang sudah mulai jarang di tempati ini--iyalah, kan saya kuliah di Bandung, sedangkan rumah di Jakarta--saya menemukan DVD kartun Jepang. Judulnya Totoro. Ini tontonan saya waktu masih kecil.

Kisahnya tentang sebuah keluarga yang pindah rumah. Satsuki dan Mei ada kakak beradik yang pindah kerumah itu. Ceritanya pun mengalir ringan. Sebagai rumah yang sudah lama tidak di tempati, rumah baru Satsuki dan Mei memiliki misteri tersendiri. Disana dihuni oleh makhluk yang disebut "makuro kurosuke", seperti debu berwarna hitam yang tinggal di rumah-rumah kosong. Namun, suatu kepercayaan bahwa makhluk itu akan pergi dengan sendiri jika rumah tersebut berpenghuni.

Kemudian kakak-beradik itu bertemu, hmm.. apa ya.. bisa dibilang semacam hantu yang mendiami pohon besar di sebelah rumah baru mereka, namanya Totoro. Setiap malam ia meniup seruling dipuncak pohon bersama kedua kawan kecilnya.

Di Jepang, kisah hantu semacam ini bertebaran dimana-mana. Dari yang sangat menyeramkan sampai yang riang seperti yang diceritakan di film Totoro ini. Ada beberapa hal yang bisa diambil dalam film ini. Unik sekali ketika saat Totoro memberikan hadiah kepada Satsuki dan Mei sebagai tanda terimakasihnya telah di pinjami payung oleh Satsuki. Ia memberikan kedua bocah manis itu biji-biji pohon.

"Ayo kita membuat hutan disini, Mei." itulah salah satu dialog yang diucapkan Satsuki. Saya kemudian berpikir, yang diberikan Totoro bukanlah emas, perhiasan, atau benda-benda mewah lainnya--seperti cerita Indonesia pada umumnya--melainkan hanya biji-biji pohon untuk ditanami. Satsuki sendiri tidak berharap pohon itu tumbuh dan menghasilkan yang aneh-aneh (pohon yang menembus langit atau pohon yang menghasilkan daun emas). Ia hanya ingin membuat hutan di dekat rumahnya. Sederhana sekali. Tapi entah mengapa kalimat sederahana tersebut mempunyai makna yang dalam.


Ya, itu salah satu plot yang mengesankan. Dan seperti tipikal film-film Jepang penuh semangat diantara realitas kehidupan. Tidak berakhir menye-menye meskipun kadang mengharu-biru. Itu juga yang sering saya pikirkan, jangan-jangan film itu mencerminkan masyarakatnya ya. Hmm...

Film ini cukup bergema pada masanya. Rilis pada tahun 1999 oleh sutradara Hayao Miyazaki di studionya, Ghibli Studio. Menghasilkan beberapa film animasi berkualitas diantaranya Totoro dan Grave of Fireflies (Hotaru no Haka) yang mendapat sambutan hangat para kriktikus film.

Monday, January 2, 2012

Tidur

Orang yang gampang tidur, kayak saya dan sepupu saya yangmasih tidur disebelah ini, mungkin kalo bermimpi bertingkat-tingkat ya.

Kadang disatu sesi tidur kemuadian saya terbangun. Sadar gak ada yang harus dilakukan, kemudian saya menyelinap lagi dibalik selimut. Dan mencoba tidur kembali. Mencari mimpi kembali.

Atau ketika saya terbangun dengan mimpi yang masih setengah beres, saya akan mencari celah untuk tidur lagi. Berusaha menyambung mimpi itu dan membereskannya.

Mungkin saya ini penikmat mimpi. Serasa menjadi aktris di film Tim Burton. Ya, entahlah, kenapa mimpi saya sering kayak film-film thriller. Dikejar ular, mencari harta karun, atau terjebak di rumah hantu. Dan diposisi seperti itu saya kan seperti Lara Croft yang dengan gemas nonjokin lawannya. Atau seperti Holmes, menyambung bukti sepanjang perjalanan mimpi. Tapi saya bisa jadi arsitek di mimpi saya sendiri. Ini mimpi saya dan saya harus selamat. Yah, semacam motto lah hahaha...
Jadi kadang-kadang di saat terdesak saya membalikkan situasi, yah namanya juga mimpi. Kan asalnya dari pikiran kita sendiri juga.

Meskipun saya masih belum menegerti dengan ilmu mimpi. Bagaimana mimpi itu sebenarnya...