Thursday, April 30, 2009

Penyayi Kecil di Britains Got Talent


Gadis kecil berumur 6 tahun ini bernama Connie Talbot. Suara melengkingnya ini menjadikannya salah satu finalis Britains Got Talent, ajang pencarian bakat se Inggris Raya.

Simon Cowell, juri American Idol yang akhirnya memutuskan untuk pindah ke Britains Got Talent (tapi untuk jelasnya cari beritanya sendiri...) ini pun tak bisa menyangkal kecanggihan suara bocah ini.

Ketika bibirnya mulai memainkan nada sehingga gigi ompongnya terlihat terciptalah lengkingan-lengkingan sopran dari Connie Talbot.

Sunday, April 26, 2009

Giring dan Laskar Pelangi


Malam lalu. Rumah cuma terisi tiga orang manusia yang berada diawang-awang sepi. Aku, Ichi, dan Tante Eni (mamah lagi ke Padang). Semuanya berkumpul di ruang tengah sambil menikmati malam panjang libur. Sambil menghibur diri karena sebentar lagi libur selesai Aku berpikir ingin menonton Ajang Musik Indonesia malam itu.

"Pemenang kategori lagu pop terbaik adalah..." jeng..jeng..jeng
"Nidji! Lagu: laskar pelangi" Teriak si pembaca nominasi. Haaaa, menang..menang.. Namun. 1 menit. 2 menit. 5 menit. tak ada yang muncul untuk mengambil piala. Dua pembaca nominasi sudah mati gaya, namun tak ada yang muncul.

hhhh. tapi akhirnya, ada yang terengah-engah berlari dari ujung panggung. Dengan model rambut barunya Ia tersenyum sumringah. Ah Giring! Ia sendiri tanpa kawan-kawannya. Sudah lama aku tak melihatnya tampil dilayar kaca. Namun sayang sekali untuk ajang penganugrahan sebergengsi AMI award ini, Nidji tidak tampil. Padahal menurutku seharusnya mereka bisa tampil dengan performanya yang selalu, entahlah, selalu menarik untukku. Tapi sebenar dengan sebenar benarnya bukan itu sih yang aku maksud. Jika mereka tampil aku sering berharap mereka menyanyikan soundtrack Laskar Pelangi itu. hehehe...

"haaah... Alhamdullilah. Terimakasih untuk(...............), mba' Mira Lesmana yang sudah mempercayakan kami untuk membuat soudtrack ini, Mas Andrea Hirata untuk buku yang telah mengubah cara pandang hidup saya, dan mamah!" kata Giring di mimbar itu yang masih terengah-engah.
"yang memberikan buku ini pada saya. (......................) thank's" katanya lalau mengangkat piala itu tinggi-tinggi.

Ah, Giring! ucapannya selalu punya makna. mungkin karena itu Mira Lesmana berani memercayakan soundtrack film ambisius ini padanya, dan karena itu pula Ia bisa jadi 'pak Haji' lebih cepat dari orang-orang seusianya.

Apa ya. mmmm.... waaaaaaaaaahhhh!!! jadi pingin nangis... Mamah....... Laskar Pelangi ya. itu novel sastra 'beneran' pertama yang aku baca. Cerita yang bikin aku optimis sama pilihan jurusan IPS aku. Cerita yang bikin aku punya ambisi untuk suatu pembuktian pada dunia, pada hidup, pada orang-orang. Bahwa ada jalan gaib, yang tidak terlihat, yang tidak akan terduga, yang tidak bisa dirincikan menuju sesuatu yang kita atau aku mau, aku impikan, dan aku percaya bisa membuat bahagia. Satu hal, aku percaya aku punya jalan itu.
Huah...
Sawangan, 26 April 2009
9:28 pm

Tuesday, April 21, 2009

Kursi Hujan

Aku... Dan semua yang terluka karena kita..
(peterpan-mimpi yang sempurna)

Hujan baru saja berhenti mengguyur di sore itu. Hingga panas tanah menguap kepermukaan. Seperti uapan Gia yang berhenti di tengah ketika Ia menyadari indahnya lembayung sore diujung lapangan.
Gia duduk di kursi kayu yang sangat nyaman. Kursi yang dibeli dengan harga miring di toko mebel bekas. Gia mulai menaikan kakinya ke atas kursi. Suara anak-anak riuh, seriuh peluh yang bercucuran sebagai efek kejaran mereka pada bola itu dan nantinya akan menciptakan bau yang sangat semerbak ketika mereka mulai menjelajahi warung kecil dipojok sana. Gia menghela nafas. Udaranya segar tapi hangat. Segerombolan anak gadis bercuap cuap tentang berbagai hal di depan rumah Gia. Dulu ketika Gia masih duduk di bangku SMP gadis-gadis itu cuma bocah yang sibuk melompat, meliuk liukan kaki di karet yang membentang. Sekarang, pikir Gia, omongan mereka mulai terarah pada objek hitam, ya, mereka segerombolan ibu-ibu junior.

Sesungguhnya Gia bersyukur hari ini Ia tidak kemana-mana. Terlalu lama berkegiatan pada hari libur malah sering membuat emosi Gia menanjak cepat, drastis. Seperti pulse censor yang tiba-tiba menggambarkan grafik naik hanya dalam hitungan detik. Benar. Benar-benar Gia sangat dongkol jika rencananya tidak berjalan lancar. Dan kota metropolitan ini sangat bersemangat untuk merusak rencana Gia. Macet disana-sini. Bis yang ngetem sembarangan. Mungkin kalau mau meneliti tentang tingkat kesabaran datanglah ke Jakarta, karena disini banyak orang-orang sabar atau lebih tepatnya orang-orang yang dipaksa untuk lebih sabar, kalau kata guru sosiologi Gia, Enkulturasi.

Hmm. Jujur saja, segala kedongkolan Gia bermula pada omongan temannya yang dianggap Gia menyepelekan sesuatu yang...hmm sensitif.

"iya, kata pak XXX, biasanya orang sukses itu anak ipa yang masuk jurusan ips pas kuliahnya," kata orang yang membuat Gia dongkol itu.

"masa sih?" tanya Gia

"iya, soalnya anak ipa itu sistematis, jadi kalau berfikir sesuai urutan kan kalo ips sesuai cerita," kata si orang itu lagi.

"gak juga ah," ah, Gia mulai berucap separuh-separuh, bibirnya mulai terkatup rapat, sorot matanya mulai mendingin. Tapi Ia hanya diam. Gia sadar Ia tak pandai berdebat.

Dalam hati Gia, "bodoh... tapi si pengambil keputusan ada di sini, gw anak ips. Tanpa proses berfikir yang terlalu lama tanpa sistematika yang rumit. Kalau daritadi gw gak mulai nyusun artikel, beli pilox, ba..bi..bu.. nempel-nempelin artikel, gak selesai nih tugas mading. kelar kan sekarang urusannya, gak kesorean kan lu pulangnya." Gia membatin lirih.

Hmm... bersosialisasi itu melelahkan. Tapi dari sosialisasi kita tahu masih banyak hal yang perlu dibuktikan, setidaknya bagi Gia.


Sawangan, 21 April 2009
10:09 pm
Note: Hari Kartini. Untuk semua perempuan yang bisa membuktikan diri. Karena perempuan itu lebih berharga ketika mereka punya prinsip.

Saturday, April 18, 2009

Made In Japan

Doraemon. Samurai X. Detective Conan. One Piece. Semua itu komik-komik produk Jepang yang menyisakan penggemar di Indonesia. Ya, termasuk Aku ini. Gara-gara tadi ngikutin kuis 'favorite Cartoon' di Facebook, aku jadi keinget dulu.

Dulu. Antara jam 3 sampai jam 5-an aku dan adikku udah manteng di depan TV untuk menyaksikan kartun yang akan tayang. Salah satunya Samurai X yang waktu itu di tayangkan dari hari senin sampai Jumat. Kisah yang berlatar Jepang pada zaman Meiji (pembaharuan. Dimana banyak pemberontak yang memberontak untuk menggulingkan rezim sebelumnya) membuat salah seorang pemberontak, Kenshi Himura, yang lebih dikenal sebagai Battosai si pembantai untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik.

Kisah Doraemon yang klasik. Nobita yang lemah selalu dikejar-kejar Takeshi Goda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Giant yang si suatu saat bisa berteman dengan sangat baik.

Atau cerita yang berlatar belakang Bajak Laut, One Piece, dan kisah kucing-kucingan antara Detective SMU Shinichi Kudo dengan Organisasi Jubah Hitam yang mengecilkan tubuhnya sehingga ia terpaksa merubah namanya menjadi Conan Edogawa yang sampai sekarang masih aku tunggu dan baca komiknya karena di tv sudah tidak tayang lagi.

Karakter tiap tokoh yang saklek membuat komik 'made in' Jepang ini mempunyai penggemar tersendiri. Selain itu pembangunan situasi dari latar yang ada kadang membuat kisah-kisah ini seperti nyata. Detective Conan misalnya, Dia adalah seorang detektif maka ada kehidupan detektif yang muncul disitu seperti pergaulannya dengan para polisi yang memunculkan sisi lain dari kehidupan Polisi. Lalu dalam komik One Piece, ada karakter bajak laut yang nyata meskipun namanya agak diubah.

Satu hal. Setiap cerita selalu menggambarkan rasa optimis dan semangat meskipun cara penyampaiannya berbeda.

Ya, itulah mereka. Abis ini Aku mau makan siang dulu terus mau baca komik Detective Conan yang baru di beli. Sayangnya One Piece belum terbit karena keterbatasan prosedurnya yang puanjaaaang, paling baru terbit dua tiga bulan lagi.

Wednesday, April 15, 2009

Langit Hari Ini

Langit jadi begitu indah di kesepian hari.
Entahlah
Mungkin hanya aku yang menjadi penikmatnya
Diantara harapan yang terlalu melanglang
Dengan berat hati aku harus kembali berharap
Harap adalah candu untuk ku
Padahal seringai kecewa terlalu sering membingkai
Lagi...Lagi...
Langit menjadi indah di kesepian hari
Lukisan sempurna yang tak tersentuh
Menjadi latar keringkihan dunia
Menyadarkan bahwa masih ada sepotong kasih sayang
Tangan-tangan hangat yang memeluk kesedihan
Dan
Mengangkat harapan bersama gelembung-gelembung awan

Tuesday, April 7, 2009

Minggu Tidur

Minggu ini menjadi terlalu ngantuk.
Minggu ini tak ada sosialiasasi yang terlalu basa basi.
Menjadi penghuni perpustakaan tak ada salahnya.
Berkutat lebih lama dengan kesusastraan atau koran-koran kompas yang belum aku baca.
Perpustakaan itu menjadi hawa segar di tengah hiruk pikuk kegiatan sekolah yang mendesak ke sagala arah.
Menjadikan Aku agak malas berkomunikasi terlalu lama. Kenapa? entahlah, tapi mulut ini terasa sulit dibuka dan otak ini terasa malas berpikir tentang objek hitam yang dibicarakan.
Terlalu buang waktu di saat lelah seperti ini.
Dan tidur adalah saat-saat nikmat di kala ini.
Atau di rumah sambil berselonjor kaki beralas ubin kotak-kotak yang dingin.
Menonton TV yang ramai-ramai ingin di perhatikan pemirsa nya.
Haah... Minggu ini terlalu ngantuk...

Sumber gambar: http://www.inspireco.com/sleep.jpg

Friday, April 3, 2009

Pesta Teh rasa Buah di Sore yang Panas

Sore itu habis hujan. Tapi hawa hujan menguap ke udara malah bikin panas suasana.
Kita, anak sekolah yang masih kelelahan ujian blok yang baru lewat kemarin di tahan sekolah karena ada acara yang diadakan perusahaan minuman ringan 'Fruit Tea'...


Meskipun acaranya jadi tidak terlalu meriah karena rata-rata anak-anak sekolahan itu sudah terlalu capek. Sama seperti aku yang sambil menunggu gerbang sekolah dibuka, duduk-duduk dilantai atas sambil mengambil beberapa foto.
Beberapa anak berusaha meminta izin agar bisa keluar dari lingkungan sekolah dan pulang ke rumah. Tapi semakin dicari, sang Ibu pemilik izin makin susah ditemui. Ia seperti menghindar dari para perajuk-perajuk muda yang memelas minta izin pulang duluan dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal. Termasuk beberapa murid di foto atas.
Satu-satunya yang membuat acara ini seru karena aku bisa foto sama Fauzi Baadilah... HUOHOHOHOHO... dengan kenekatan yang amat sangat Aku dan Atika melacak dimana dia berada. Berhasil mendapatkan informasi dari sumber terpecaya Aku dan Atika berhasil 'foto bareng' sama bintang tamu acara ini...

Thursday, April 2, 2009

Pemerhati Bintang dan Harmonikanya

Lintang.
Dia bukan si bocah cerdas Laskar Pelangi.
Dia hanya si pengagum bintang.
Bintang.
Benda yang berpendar sederhana di langit malam.
Suatu kesederhanaan yang membuat segalanya menjadi berarti.
Penunjuk arah abadi bangsa Maya Kuno. Penggerak nahkoda berputar haluan diambang batas laut.
Bersama harmonikanya Lintang bernyanyi bersama malam. Suara harmonika yang lantang. Berat. Anggun.
Seperti para pengembara yang mencari keindahan puteri raja yang terkurung dalam kastil.
Di tatapnya lekat-lekat langit gelap itu.
Ketika bulan bersinar begitu terang. Malah menambah indah si perupa langit.
Dirasakannya hawa dingin yang menurutnya sejuk itu.
Dihirupnya dalam-dalam. Dan di buangnya jauh-jauh beban yang mengikat.

Seorang tua tertarik pada alunan melodinya.
Dari balik jendela yang masih terbuka dipejamkan mata.
Seorang tua. Merasa bertemu yang Ia sayangi. Dulu, ketika Ia masih gadis. Masih sibuk mengurusi tentara perang yang terluka.
Tiba-tiba hatinya terharu. Ingin menangis. Tapi tak ada air mata yang keluar.
Di masa kini. Ia menjadi merasa bodoh. Tapi tidak ketika melodi harmonica Lintang bertautan.
Syukur. Itu yang kini Ia rasakan.

Menyadari ada yang menikmati. Lintang menoleh.
“Eeeh, Nek! Belum tidur? Awas rematik…” teriak Lintang
“Lah, kamu sendiri?” jawab nenek
“yeeee… yaudah tidur..tidur..” Paksa Lintang
“Kamu juga masuk sini!! Awas rematik!!” teriak nenek dengan suara yang hampir parau
“Hah??” bingungnya Lintang.

Suara harmonica masih terdengar.
Tapi jauh disana.
Karena para bintang adalah penyimpan sejarah. Termasuk hari ini.
Dialunkannya musik.
Bukan dari harmonica milik Lintang.
Tapi milik alam…

Sumber Gambar: tukangkopi.wordpress.com

Sawangan, 2 April 2009
9:29:03 PM